Masih dengan perasaan berat, namun kaki tetap melangkah karena panggilan
jiwa untuk terus menuntut ilmu. Berada menapaki tangga masjid yang berada di
daerah sekitar Dago,. Terus melangkah sampai akhirnya melihat taman surga yang
di sebut oleh Rasulullah pada sebuah lingkaran majelis ilmu. Terlihat sambutan
senyum dan uluran tangan-tangan pengikat ukhuwah. Kubalas senyum dan uluran
tangan mereka.
Lantunan ayat-ayat cinta lalu terdengar di lingkaran ini. Setelah berhenti,
kami mulai mendengarkan sepenggal kisah Rasulullah oleh pemberi materi J. Rasulullah pada masa sebelum kenabian
sering sekali menyendiri di gua hiro. Lalu pertanyaan muncul, kenapa beliau suka menyendiri? Jawabannya karena
rasulullah gelisah, ga suka dengan keadaan kaum sekitarnya dan tidak bisa
berbuat apa-apa untuk bisa memperbaiki keadaan. Ketika Rasulullah mendapatkan wahyu pertama, jibril
memeluk beliau sambil berkata “Iqra” walaupun Rasulullah berkata tidak bisa
membaca namun jibril tetap saja memeluknya dengan semakin erat dn berkata “Iqra”
sampai ketiga kalinya lalu membacakan penggalan surat Al-Alaq (1- 5). Setelah
itu, Rasulullah mendapatkan beban yang berat yang harus di pikul, sebuah amanah
yang mengharuskan beliau mengubah diri dari kebiasaan lama menjadi orang yang
akan menjadi suri tauladan bagi kaumnya, kemudian mengislamkan keluarganya, dan
kaumnya serta seluruh dunia dan bahkan tidak hanya itu, Rasulullah harus
membawa mengislamkan orang-orang sampai akhir zaman. Bagai “Gayung Bersambut”, inilah
jawaban yang ditunggu-tunggu Rasulullah, jawaban atas kegelisahan beliau atas
keadaan kaumnya.
Jika dilihat dari sisi manusia
biasa, beban Rasulullah pribadi saja sudah begitu besar. Mulai dari dilahirkan
dalam keadaan yatim dan ketika kecil ibu beliau meninggal. Dan kakek nya yang
merawatnya pun meninggal, bahkan harus berjualan dan menggembala kambing di saat
teman-teman seusia beliau masih asik bermain-main.
Begitulah jalan hidup Rasulullah, walaupun kini beban hidup nya bertambah
namun Rasululllah tidak pernah menyesali dan mengutuk kaum-kaum nya yang sering
menghina dan mencaci maki beliau. Bahkan di sisa umurnya, ketika malaikat
izrail ingin meringankan rasa sakit beliau ketika dicabut nyawanya. Rasulullah
hanya bilang ingin merasakan seperti matinya kaum nya. Dengan menahan rasa
sakit yang luarbiasa seperti sebuah pisau yang sedang menarik kulit dari tubuh
ny, sampai Rasulullah menggigit bibirnya sendiri karena menahan rasa sakit. Dan
pada saat ruhnya sampai di bagian tenggorokan yang diingat oleh Rasulullah
adalah Kaumnya.
Rasulullah adalah suri tauladan bagi kaumnya, dan Rasulullah memberikan
semangat kepada kaumnya untuk terus semangat dalam menyebarkan ajaran Islam,
Rasulullah mencontohkan bahwa walaupun dengan beban berat sudah dipikulnya
namun Rasulullah masih mau dengan ikhlas dan tidak pernah “tertidur” dalam
berdakwah (Q.S Al-Muzammil). Itulah semangat yang di bawa oleh Rasulullah,
tidak ada beban yang tidak bisa dipikul. Rasulullah pun pernah mengeluh namun
Allah selalu mempunyai cara untuk menjawab keluhan Rasulullah sehingga tidak
ada celah lagi bagi Rasulullah untuk mengeluh. Allah memberikan hadiah berupa
surat Al Insyiroh yang artinya :
1. 1. Bukankah Kami telah
melapangkan untukmu dadamu?(Muhammad)
2. 2. Dan Kami telah
menghilangkan daripadamu bebanmu,
3. 3. Yang memberatkan
punggungmu
4. 4. Dan Kami tinggikan bagimu
sebutan (nama)mu
5. 5. Karena sesungguhnya
sesudah kesulitan itu ada kemudahan
6. 6. Sesungguhnya sesudah
kesulitan itu ada kemudahan.
7. 7. Maka apabila kamu telah
selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang
lain
8 dan hanya kepada
Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.
Ketika ada kalimat diulang menunjukkan bahwa kalimat tersebut adalah
penting dan Allah ingin menekankan bahwa “sesungguhnya
sesudah kesulitan itu ada kemudahan”. Namun hal itu ada syaratnya yaitu kedua ayat
lanjutan bersegera dengan urusan dengan bersungguh-sungguh dan hanya berharap
kepada Allah bukan yang lain.
Terlihat semua kepala tertunduk mendengar
pemaparan materi di atas, dan mata ini mulai berkaca-kaca. Bagaikan sedang ditampar dan dihujani petir
yang menyambar hebat.Tidak ada yang kebetulan di dunia ini, karena semuanya
sudah direncanakan oleh Allah,. Kegelisahan dan kekosongan yang dialami tiba-tiba
menghilang karena ada setitik embun yang mulai menetes membawa kesejukan J
Dan kini telah menemukan kembali Motivasi untuk berdakwah
yaitu dari pembawa risalah, Rasulullah SAW.
0 komentar: