• Dari “AYAT-AYAT CINTA” Menuju “GAYUNG BERSAMBUT” (2)



    Masih dengan perasaan berat, namun kaki tetap melangkah karena panggilan jiwa untuk terus menuntut ilmu. Berada menapaki tangga masjid yang berada di daerah sekitar Dago,. Terus melangkah sampai akhirnya melihat taman surga yang di sebut oleh Rasulullah pada sebuah lingkaran majelis ilmu. Terlihat sambutan senyum dan uluran tangan-tangan pengikat ukhuwah. Kubalas senyum dan uluran tangan mereka.
    Lantunan ayat-ayat cinta lalu terdengar di lingkaran ini. Setelah berhenti, kami mulai mendengarkan sepenggal kisah Rasulullah oleh pemberi materi J. Rasulullah pada masa sebelum kenabian sering sekali menyendiri di gua hiro. Lalu pertanyaan muncul,  kenapa beliau suka menyendiri? Jawabannya karena rasulullah gelisah, ga suka dengan keadaan kaum sekitarnya dan tidak bisa berbuat apa-apa untuk bisa memperbaiki keadaan. Ketika  Rasulullah mendapatkan wahyu pertama, jibril memeluk beliau sambil berkata “Iqra” walaupun Rasulullah berkata tidak bisa membaca namun jibril tetap saja memeluknya dengan semakin erat dn berkata “Iqra” sampai ketiga kalinya lalu membacakan penggalan surat Al-Alaq (1- 5). Setelah itu, Rasulullah mendapatkan beban yang berat yang harus di pikul, sebuah amanah yang mengharuskan beliau mengubah diri dari kebiasaan lama menjadi orang yang akan menjadi suri tauladan bagi kaumnya, kemudian mengislamkan keluarganya, dan kaumnya serta seluruh dunia dan bahkan tidak hanya itu, Rasulullah harus membawa mengislamkan orang-orang sampai akhir zaman. Bagai “Gayung Bersambut”, inilah jawaban yang ditunggu-tunggu Rasulullah, jawaban atas kegelisahan beliau atas keadaan kaumnya.
     Jika dilihat dari sisi manusia biasa, beban Rasulullah pribadi saja sudah begitu besar. Mulai dari dilahirkan dalam keadaan yatim dan ketika kecil ibu beliau meninggal. Dan kakek nya yang merawatnya pun meninggal, bahkan harus berjualan dan menggembala kambing di saat teman-teman seusia beliau masih asik bermain-main.
    Begitulah jalan hidup Rasulullah, walaupun kini beban hidup nya bertambah namun Rasululllah tidak pernah menyesali dan mengutuk kaum-kaum nya yang sering menghina dan mencaci maki beliau. Bahkan di sisa umurnya, ketika malaikat izrail ingin meringankan rasa sakit beliau ketika dicabut nyawanya. Rasulullah hanya bilang ingin merasakan seperti matinya kaum nya. Dengan menahan rasa sakit yang luarbiasa seperti sebuah pisau yang sedang menarik kulit dari tubuh ny, sampai Rasulullah menggigit bibirnya sendiri karena menahan rasa sakit. Dan pada saat ruhnya sampai di bagian tenggorokan yang diingat oleh Rasulullah adalah Kaumnya.
    Rasulullah adalah suri tauladan bagi kaumnya, dan Rasulullah memberikan semangat kepada kaumnya untuk terus semangat dalam menyebarkan ajaran Islam, Rasulullah mencontohkan bahwa walaupun dengan beban berat sudah dipikulnya namun Rasulullah masih mau dengan ikhlas dan tidak pernah “tertidur” dalam berdakwah (Q.S Al-Muzammil). Itulah semangat yang di bawa oleh Rasulullah, tidak ada beban yang tidak bisa dipikul. Rasulullah pun pernah mengeluh namun Allah selalu mempunyai cara untuk menjawab keluhan Rasulullah sehingga tidak ada celah lagi bagi Rasulullah untuk mengeluh. Allah memberikan hadiah berupa surat Al Insyiroh yang artinya :
    1.     1.  Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?(Muhammad)
    2.    2. Dan Kami telah menghilangkan daripadamu bebanmu,
    3.    3. Yang memberatkan punggungmu
    4.    4. Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu
    5.    5. Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan
    6.    6. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.
    7.   7. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan)   yang lain
           8   dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.

    Ketika ada kalimat diulang menunjukkan bahwa kalimat tersebut adalah penting dan Allah ingin menekankan bahwa “sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”. Namun hal itu ada syaratnya yaitu kedua ayat lanjutan bersegera dengan urusan dengan bersungguh-sungguh dan hanya berharap kepada Allah bukan yang lain.
    Terlihat semua kepala tertunduk mendengar pemaparan materi di atas, dan mata ini mulai berkaca-kaca.  Bagaikan sedang ditampar dan dihujani petir yang menyambar hebat.Tidak ada yang kebetulan di dunia ini, karena semuanya sudah direncanakan oleh Allah,. Kegelisahan dan kekosongan yang dialami tiba-tiba menghilang karena ada setitik embun yang mulai menetes membawa kesejukan J
    Dan kini telah menemukan kembali Motivasi untuk berdakwah yaitu dari pembawa risalah, Rasulullah SAW. 

0 komentar:

Posting Komentar